Oleh ; Diahwardaniah, S.Pd
Islam sebagai agama yang kaffah tentu membahas segalanya, tidak hanya berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah SWT saja, tetapi juga berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan manusia yang lainnya bahkan juga hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Namun dalam kenyataannya hubungan manusia terhadap Allah SWT, menempati priorotas utama dibanding dengan yang lainnya. Hal ini berimbas juga pada perhatian terhadap ajaran islam yang mengesampingkan hubungan manusia dengan manusia yang lainnya bahkan mengabaikan ajaran islam yang berhubungan antara manusia dengan lingkungannya.
Merintis dan mengembangkan program kesadaran lingkungan dalam dunia pendidikan merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Tantangan terberat yang harus dihadapi adalah kebiasaan membuang sampah sembarangan, pola hidup kurang bersih, dan perilaku hidup boros (Herdiansyah, 2018). Hal tersebut bisa terlihat dari keberadaan sampah yang berserakan di halaman sekolah, debu yang menempel pada kaca dan meja kelas, juga penggunaan air dan kertas yang berlebihan. Jika hal itu tidak diubah sejak dini, maka perilaku hidup tidak ramah lingkungan tersebut akan membudidaya hingga kehidupan berikutnya.
Menanggulangi permasalahan lingkungan harus dimulai dari proses menanggulangi perilaku manusia, karena manusia merupakan penyebab terjadinya berbagai permasalahan lingkungan (Fua, 2013). Pengembangan kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup merupakan sebuah proses perjalanan yang harus dirintis demi keberlangsungan hidup pada generasi berikutnya agar tidak terancam akibat perilaku manusia yang tidak bertanggungjawab dewasa ini. Kesadaran lingkungan akan tercapai jika pembentukanya diupayakan sejak dini secara terus-menerus melalui sebuah pembiasaan.
Berbicara mengenai sikap peduli terhadap lingkungan, dalam pembelajaran Biologi kesinambungan antara makhluk hidup dan alam yang merupakan faktor terpenting dalam menjaga kelestarian lingkungan. Salah satunya proses pembelajaran tentang ekoliterasi atau sering disebut juga kecerdasan ekologis, berasal dari kata Yunani oikos (habitat) dan logos (ilmu). Seperti dijelaskan oleh Supritana (2016:27) :
Kecerdasan ekologis bersifat kompleks. Kecerdasan tersebut didukung oleh unsur kognitif, afektif (sosial dan emosi), dan psikomotorik. Hasrat untuk menjaga lingkungan hidup didasari oleh pengetahuan tentang lingkungan. Kesadaran untuk menyelamatkan lingkungan yang rusak didasari oleh aspek afektif, sedangkan tindakan untuk menjaga kelestarian lingkungan menggambarkan aspek psikomotorik.
Berdasarkan pemaparan tentang kecerdasan ekologis (ekoliterasi) yang bersifat kompleks tersebut, diharapkan siswa dapat memiliki hasrat untuk menjaga dan mencintai kelestarian lingkungan guna menunjang kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Pendidikan Islam harus menjadi pelopor dalam pengembangan kesadaran lingkungan, karena konsep ekoliterasi ini telah lahir sejak Islam dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. dan Alquran mengajarkan bagaimana seharusnya umat Islam memperlakukan lingkungan alam. Di dalam Al Qur’an surat Al-A’raf ayat 56 Allah menjelaskan: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.
Dari ayat diatas menjelaskan bahwa serangkaian proses dalam pembentukan manusia menuju kedewasaan, baik intelektual, spiritual, maupun emosional agar mampu menjalankan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah Swt. dan sebagai pemelihara alam semesta. Hal tersebut menunjukkan fungsi pendidikan Islam sebagai media untuk mempersiapkan peserta didik terjun di tengah-tengah masyarakat (Haryanti, 2017, p. 1).
Oleh karena itu, pendidikan Islam sudah seharusnya beriringan dan bersinergi dengan pendidikan lingkungan melalui kegiatan praktik lingkungan secara langsung berdasarkan ajaran ekologi agama Islam. Harapan dari penerapan pendidikan berbasis lingkungan adalah adanya keterikatan antara moril peserta didik dengan berbagai materi pembelajaran di lembaga pendidikan, karena materi yang dipelajari oleh peserta didik merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.