Tulisan
Sri indah purnamawati
Mahasiswa STKIP Bima Prodi Kimia
Dalam implementasi kurikulum 2013, guru harus memahami berbagai pedoman, baik pedoman guru maupun pedoman peserta didik, yang semuanya sudah disiapkan oleh pemerintah, baik kaitannya dengan kurikulum masional maupun kurikulum wilayah. Dalam pedoman tersebut sudah memuat apa-apa yang harus dilakukan giru dalam melaksanakan pembelajaran, mulai dari pendekatan, proses yang kreatif, sampai penilaian yang otentik.
Di samping mengkaji, memahami, dan menganalisis berbagai pedoman, guru juga di tuntut untuk memahami karakteristik peserta didik, guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena mereka memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Bagi sebagian guru hal tersebut mungkin akan menjadi sesuatu yang merepotkan, dianggap sebagai sesuatu yang membuang-buang waktu, sehingga tidak sedikit guru yang sering mengabaikan perbedaan peserta didik. Di samping itu, guru-guru sekarang terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di luar pekerjaan pokoknya memberi layanan kepada peserta didik.
Sebagai gambaran, di antara kita masih ingat, ketika kita duduk di bangku sekolah dasar, gurulah yang pertama kali membantu memegang pensil untuk menulis yang benar. Guru juga bertindak seperti pembantu ketika ada peserta didik yang buang air kecil, atau muntah di kelas. Gurulah yang mengendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi dengan temannya, menjadi perawat dan lain-lain yang sangat menuntut kesabaran, kreativitas, dan profesional. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian peserta didik, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang produktif, serta menyejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa. Itu guru zaman dulu, ketika mereka tidak disibukkan dengan berbagai urusan, belum berkontaminasi oleh teknologi, sehingga mereka bisa menunaikan tugasnya denga iklas dan penuh tanggung jawab.
Lain lagi kondisinya dengan guru sekarang, mereka dihadapkan dengan berbagai tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhinya, untuk bertahan hidup di tengah-tengah masyarakat yang serba instan. Idealisme guru pun menurun, banyak di antara mereka yang hadir di sekolah hanya sekedar menggugurkan kewajiban, bahkan tidak sedikit guru yang mungkin fisiknya di sekolah, tetapi pkirannya entah melayang ke mana, mencari sesuatu yang mengganjal pikirannya. Guru sekarang bukan idealis, tetapi material, mereka bekerja bukan karena panggilan jiwa, tetapi ada sesuatu yang berwujud harta benda.
Wajar, karena guru juga manusia biasa, yang ingin menikmati dunia seperti manusia lainnya, ingin hidup layak, layaknya anggota dewan. Namun impian tersebut sering terusik ketika pergantian kurikulum, mereka sudah membayangkan pasti banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Bagu guru, tiada perubahan yang melelahkan kecuali perubahan kurikulum.
Dalam kaitannya dengan kerikulum 2013, serta implementasinya dalam pembelajaran yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter, guru harus berperan sebagai fasilitator, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Oleh karena itu, guru harus memahami dan mampu melakukan berbagai hal sebagai berikut.
1. Menerima peserta didik apa adanya,dengan berbagai kekurangan dan kelemahannya.
2. Menyayangi peserta didik, serta berusaha memahami perasaan dan permasalahannya.
3. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (silaturahim) dengan orang lain secara wajar.
4. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya.
5. Mengembangka kreativitas peserta didik sesuai dengan potensinya secara optimal.
Untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru harus mampu memaknai pembelajaran, serta menjadikannya sebagai ajang pembentukan kompetensi, pembentukan karakter, dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik secara berkesinambungan. Jika itu yang terjadi, maka guru sekarang akan lebih baik dari guru yang kemarin, dan guru hari esok akan lebih baik dari guru hari ini.