Program Prioritas Gubernur: Industrialisasi NTB Belum Mampu Berkontribusi Banyak Dalam Meningkatkan PDRB NTB

Penulis

Baiq Astiti Novi Yanti
(Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Mataram)

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu, dalam jangka waktu yang cukup panjang, dan di dalamnya terdapat kemungkinan terjadi penurunan atau kenaikan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dicerminkan dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB dapat diartikan sebagai total nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu (satu tahun). Kondisi geografis dapat menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perekonomian suatu wilayah.

PDRB disamping merupakan salah satu indikator pembangunan daerah, juga sekaligus berfungsi sebagai tolak ukur dalam melihat kemakmuran suatu daerah. Dalam PDRB terdapat sektor- sektor ekonomi yang menyumbang besar kecilnya angka PDRB. Masing-masing sektor ekonomi tersebut memberikan sumbangan yang berlainan besarnya. Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat dalam PDRB terdapat 17 kategori lapangan usaha dan sebagian besar kategori dirinci lagi menjadi subkategori. Salah satu penyumbang PDRB NTB adalah sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang juga banyak menyerap tenaga kerja.

Bila dilihat dari sumber pertumbuhan ekonomi NTB, sumber pertumbuhan ekonomi NTB pada tahun 2020 disumbangkan oleh Kategori Pertambangan dan Penggalian sebesar 3,83 poin, diikuti oleh Kategori Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 0,39 poin, Kategori Informasi dan Komunikasi sebesar 0,31 poin, dan Kategori Administrasi Pemerintahan sebesar 0,15 poin. Berbagai sumber pertumbuhan yang bernilai positif tersebut belum mampu menahan kontraksi ekonomi NTB Tahun 2020 yang berada pada posisi negatif 0,64 persen. Struktur ekonomi Provinsi NTB Tahun 2020 didominasi oleh Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; diikuti Kategori Pertambangan dan Penggalian; dan Kategori Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan peran masingmasing sebesar 23,19 persen; 17,37 persen; dan 14,20 persen. Selanjutnya Kategori Konstruksi; dan Kategori Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib memiliki peran masing-masing sebesar 9,10 persen dan 6,58 persen. Peranan kelima lapangan usaha tersebut mencapai 70,45 persen terhadap total PDRB Provinsi NTB.

Sedangkan laju pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha dari sektor industri pengolahan berdasarkan publikasi data BPS NTB 5 Februari 2020 bahwa laju pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha dari sektor industri pengolahan pada Triw IV-2020 Terhadap Triw III-2020 (q-to-q) mengalami kontraksi 20.20 persen, sedangkan Triw IV-2020 Terhadap Triw IV-2019 (y-on-y) juga mengalami kontraksi 4.44 persen. Kemudian, laju pertumbuhan pada tahun 2020 mengalami kontraksi juga lumayan dangkal yaitu sebesar 2.48 persen.

Dari data tersebut, Glamour nya program Industrialisasi NTB ternyata belum mampu berkontribusi banyak dalam meningkatkan PDRB NTB. Ini harus menjadi catatan kritis bagi gubernur NTB untuk lebih serius dalam program industrialisasi NTB mengingat sudah banyak APBD yang telah di gelontorkan untuk program ini.

Kita harus mengakui, banyak faktor yang menyebabkan sektor industri mengalami penurunan secara Nasional, salah satunya adalah dampak dari Pnademi Covid-19. Penyebaran masif virus penyebab penyakit Covid-19 ini pun membuat negara-negara yang memiliki sistem perawatan kesehatan publik terbaik di dunia pun tak berdaya dibuatnya. Kondisi tersebut membuat pertumbuhan ekonomi banyak negara terkontraksi pada tahun ini. Bahkan, beberapa negara sudah jatuh ke jurang resesi karena setidaknya dua kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonominya minus.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *