Refleksi Milad HMI Ke-75, Minat Menulis Kader HMI Semakin Jauh Dari Harapan
Oleh Sugeng (Sekum HMI Kom. STIE Bima)
Salam Pena News ~ Siapa yang tidak mengenal Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), bahkan sampai hari kelahirannya pun hampir semua orang tahu apalagi dikalangan mahasiswa. Organisasi yang berdiri pada 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan pada 05 Februari 1947, dua tahun pasca kemerdekaan.
Lahir ditengah situasi bangsa yang masih belum aman dari berbagai ancaman serangan penjajah yang ingin menguasai tanah air, membuat aktivitas kader HMI harus ekstra dalam membantu bangsa ini tetap berdiri kokoh mempertahankan kemerdekaan. Sesuai dengan misi awal berdirinya HMI yakni pertama mempertahankan kemerdekaan NKRI dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, lalu yang kedua soal menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.
Dari dua misi awal itu kita bisa melihat bagaimana komitmen HMI untuk bangsa Indonesia dan komitmen untuk Islam. Apalagi pada soal kondisi perguruan tinggi dan kemahasiswaan ada salah satu organisasi dulunya yang hadir lebih awal sebelum HMI yakni Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY). Akan tetapi Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta dirasa tidak memperhatikan kepentingan para mahasiswa yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam. Tidak tersalurnya aspirasi keagamaan merupakan alasan kuat bagi para mahasiswa Islam untuk mendirikan organisasi kemahasiswaan yang berdiri dan terpisah dari PMY.
Di struktural awal berdirinya HMI kalau kita baca kembali sejarahnya itu ada Penulis I yakni Anton Timoer Djaelani sedangkan Penulis II ialah Karnoto Zarkasyi (salah satu diantara 14 pendiri HMI). Sehingga dengan adanya itu mensinyalir bahwa di tubuh HMI aktivitas membaca dan menulis adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh para kader untuk penguatan intelektual karena untuk mempertahankan NKRI ini tidak hanya kekuatan fisik melainkan yang lebih utama ialah kekuatan pikiran dan ilmu pengetahuan.
Hal-hal itu sehingga membuat kita tidak heran apabila banyak kader HMI dahulunya menjadi seorang penulis. Sebabnya tadi aktivitas menulisnya ada bidang yang mengakomodir.
Sehingga pada momentum hari kelahiran HMI yang Ke-75 tahun ini kita harus merefleksikan agar kita bisa mengambil pelajaran bahwa aktivitas-aktivitas demikian harus tetap terus dirawat ditubuh HMI. Pertanyaannya siapa yang bertugas untuk itu? Para pengurus HMI mulai dari tingkatan atas hingga tingkatan bawah memiliki kewajiban untuk terus merawat itu semua. Potensi dari pada kader di seluruh cabang Se-Indonesia harus bisa dilihat oleh cabang asalnya sehingga bisa dilatih dan dibimbing dengan lebih serius.
Harapan saya bahwa di momentum ini Pengurus Besar HMI (PB HMI), BADKO dan Cabang Seluruh Indonesia merayakan dengan bentuk kegiatan seperti : dzikir dan do’a, ceramah sejarah perjuangan HMI, lomba presentasi buku-buku HMI, hingga lomba menulis dengan tema tentang HMI. Model-model itulah kegiatan yang harus diselenggarakan oleh pengurus HMI. Misal dalam dzikir dan doa bersama tadi kita mengingatkan kebaikan-kebaikan para pejuang HMI dan kita mengirimkan do’a kepada mereka. Lalu ceramah sejarah perjuangan HMI agar kader HMI bisa menghayati dan termotivasi bahwa begitulah aktivitas kader HMI sesungguhnya.
Kemudian jauh hari sebelum pelaksanaan perayaan Milad harus diinformasikan bahwa ada lomba presentasi buku-buku HMI agar peserta dapat mempersiapkan dirinya. Terakhir bahwa bangsa ini adalah bangsa bekas jajahan negara-negara asing, olehnya untuk memajukan perlu ada banyak pikiran yang disatukan nantinya sebagai sandaran kebangkitan yang berdampak pada kemajuan dan kemakmuran bangsa dan negara. Dengan menulis kita akan keluar dari kebodohan.