Komisi II DPRD NTB Menyoal Kenaikan Harga Beras di NTB

Mataram, Salam Pena News – Komisi II DPRD NTB menyoal kenaikan harga beras di NTB. Padahal NTB  di tetapkan sebagai daerah swasembada pangan secara nasional. Sebagai kontributor beras nasional, tentu sangat disayangkan kalaupun harga beras di NTB ikut naik.

Politisi PKB ini menjelaskan, berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat, kenaikan harga beras di Nusa Tenggara Barat bulan September 2023 mencapai 46 persen. Hal ini sebagai dampak dari musim kemarau panjang atau El Nino. Kenaikan harga beras yang cukup tinggi ini menyebabkan inflasi di daerah.

Gabungan inflasi Kota Mataram dan Kota Bima pada September 2023 (YoY) sebesar 2,29 persen lebih tinggi dari angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 2,28 persen. Kenaikan harga beras ini diperkirakan masih terjadi beberapa bulan kedepannya mengingat musim tanam belum tiba. Namun di sisi lain, pada bulan Agustus 2023, hampir 3000 ton beras NTB dikirim ke luar daerah.

Menurut Akhdiansyah, pengiriman beras NTB ke luar daerah merupakan salah satu kontribusi daerah sebagai daerah swasembada pangan patut dibanggakan.

“Sebagai daerah swasembada pangan memang menjadi salah satu kontributor pangan nasional, salah satunya di NTB ini. Itu sebabnya kenapa banyak beras dikirim ke luar,” ungkap Akhdiansyah, Selasa (17/10/2023) kepada media ini.

Kenaikan beras ini lanjutnya, merupakan indikator nasional, sementara di daerah belum diketahui apa yang menjadi tolak ukurnya. Misalnya kebutuhan beras di NTB sebanyak 1000 ton, tetapi surplus produksi beras sebanyak 6000 ton, yang mana diregulasikan sebanyak 5000 ton untuk didistribusikan ke daerah lain dengan asumsi cadangan beras NTB  itu satu kali setengah dari kebutuhan produksi.

“1000 ton kebutuhan tahun ini, namun ada cadangan sekitar 2000 ton untuk kebutuhan lokal,”tukasnya.

Lebih lanjut Guru To’i menjelaskan bahwa Kabupaten Bima dan Kota Bima harga pengiriman beras tidak mempengaruhi harga pasar nasional, karna dianggap sebagai lumbung produksi beras oleh karenanya mengimbangi pasar nasional.

“Artinya tidak ada alasan harga beras itu naik kalau di daerah kita,” pungkasnya. (rf)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *