Kota Bima, Salam Pena News ~ Universitas Nggusuwaru (UNSWA) menggelar kuliah tamu bertema “Optimalisasi Kapasitas DPD RI dalam Membangun Perekonomian Daerah”, menghadirkan dua tokoh legislatif: Mirah Midadan Fahmid (Anggota DPD/MPR RI Provinsi NTB) dan Diah Citra Pravitasari (Ketua DPRD Kabupaten Bima). Kegiatan ini menjadi ajang strategis untuk merumuskan solusi atas tantangan pembangunan ekonomi daerah, serta menggali peran aktif mahasiswa sebagai agen perubahan. Kamis (31/07/2025)
Bertempat di Auditorium Gedung E UNSWA, diskusi berlangsung dinamis dengan melibatkan mahasiswa, akademisi, dan pemangku kepentingan lokal. Fokus utama perbincangan mencakup ketergantungan ekonomi pada sektor pertambangan, tingginya angka pengangguran, dan pentingnya kolaborasi antara dunia pendidikan, legislatif, serta sektor usaha.
Ketergantungan pada Tambang, NTB Perlu Diversifikasi Ekonomi
Dalam paparannya, Mirah Midadan Fahmid menyoroti struktur ekonomi NTB yang masih sangat bergantung pada sektor ekstraktif. Berdasarkan data BPS, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita NTB tahun 2024 mencapai Rp. 32,28 juta, dengan pertumbuhan ekonomi yang justru mencatat angka negatif -1,5%. Kondisi ini menempatkan NTB sebagai salah satu provinsi dengan kinerja ekonomi terburuk secara nasional.
“Ketika sebuah daerah terlalu bergantung pada tambang, maka ia sangat rentan terhadap guncangan pasar global. Sudah saatnya kita beralih ke sektor ekonomi yang lebih stabil seperti pertanian, perikanan, dan UMKM,” tegas Mirah.
Ia menambahkan bahwa DPD RI memiliki mandat untuk memastikan pembangunan daerah berlangsung inklusif, adaptif, dan adil, terutama melalui fungsi legislasi dan pengawasan kebijakan pusat terhadap daerah.
Pengangguran Harus Dijawab dengan Kolaborasi Lintas Sektor
Sementara itu, Ketua DPRD Kabupaten Bima, Diah Citra Pravitasari, menyoroti tingginya tingkat pengangguran di Bima, khususnya di kalangan usia produktif. Menurutnya, isu ini membutuhkan pendekatan lintas sektor yang melibatkan dunia pendidikan, pemerintah, dan sektor swasta.
“Kolaborasi antara pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan pelaku usaha sangat penting dalam menyiapkan SDM yang kompeten dan menciptakan peluang kerja berbasis potensi lokal,” kata Diah.
Ia juga mendorong penguatan pendidikan vokasi, pelatihan keterampilan, serta literasi digital, terutama bagi generasi muda di wilayah pedesaan. Ia menilai peran kampus seperti UNSWA sangat strategis sebagai pusat inovasi dan penggerak perubahan sosial.
Dari Konsumen Ilmu Menjadi Motor Pembangunan
Baik Mirah maupun Diah sepakat bahwa mahasiswa tidak boleh hanya menjadi penonton dalam proses pembangunan. Berdasarkan data BPS 2023, meski 61,18% pemuda NTB telah bekerja, namun angka partisipasi pendidikan masih di bawah rata-rata nasional.
“Mahasiswa didorong untuk aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat, edukasi publik, pelatihan ekonomi kreatif, hingga advokasi kebijakan pembangunan. “Pemuda adalah kekuatan transformasi. Ketika diberikan ruang dan dukungan, mereka bisa menjadi penggerak utama pembangunan yang adil dan berkelanjutan,” ujar Mirah.
UNSWA sebagai Pusat Kolaborasi dan Inovasi Daerah
Rektor Universitas Nggusuwaru dalam sambutannya menyampaikan bahwa kuliah tamu ini merupakan langkah awal membangun jembatan kolaborasi antara kampus dan legislatif, demi mewujudkan pembangunan NTB yang lebih kontekstual dan berorientasi pada data serta kebutuhan riil masyarakat.
“Kampus tidak hanya mencetak sarjana, tetapi juga harus hadir sebagai solusi atas tantangan daerah—mulai dari ekonomi, pendidikan, hingga ketenagakerjaan,” ungkapnya.
Melalui kegiatan ini, UNSWA berharap lahirnya kesadaran kolektif di kalangan mahasiswa untuk turut serta dalam transformasi daerah menuju NTB yang mandiri, inklusif, dan berdaya saing tinggi.
“Ini bukan sekadar kuliah tamu, tapi titik awal dari gerakan perubahan. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk membangun NTB yang lebih tangguh dan sejahtera,” pungkasnya.
(EB)