Mewujudkan Generasi Unggul dan Berdampak Melalui Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

Oleh : Prof. R. Siti Zuhro, MA, PhD (Peneliti Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional: BRIN)

 

Bacaan Lainnya

Kota Bima, Salam Pena news ~ Generasi unggul dan berdampak Pendidikan berbasis kearifan lokal Integrasi nilai-nilai lokal kedalam pendidikan formal, informal dan non formal Mengajarkan bahasa daerah, sejarah, budaya lokal, pelibatan masyarakat, pemanfaatan teknologi untuk melestarikan budaya dan penciptaan pembelajaran yang relevan Menumbuhkan karakter yang kuat, nasionalisme, dan rasa memiliki, menyiapkan generasi yang memiliki rasa percaya diri untuk menghadapi tantangan global, serta melestarikan warisan budaya bangsa.

Karakter Unggul Menumbuhkan Rasa Nasionalisme Memperkuat Jati Diri & Adaptif Mendorong Daya Saing dan Inovasi. Kearifan lokal menanamkan nilai-nilai moral dan etika, seperti gotong royong dan toleransi, yang membentuk karakter unggul pada generasi muda.

Mempelajari budaya dan sejarah daerah agar generasi muda memiliki rasa cinta terhadap tanah air, bangsa dan negara. Peserta didik tidak merasa asing dengan nilai-nilai yang dikembangkan, karena nilainilai tersebut berasal dari lingkungan mereka sendiri, sehingga rasa memiliki akan tumbuh kuat. Mencetak generasi muda dengan keterampilan dan potensi lokal yang baik agar mereka lebih siap menghadapi tantangan masa depan dan perubahan zaman. Pemanfaatan kearifan lokal, termasuk melalui kewirausahaan dan teknologi, dapat membentuk generasi yang kreatif, inovatif, dan mampu bersaing di era global.

Perbaikan Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal.

Perbaikan pendidikan berbasis kearifan lokal adalah upaya untuk mengintegrasikan nilai-nilai, pengetahuan, dan praktik budaya lokal ke dalam kurikulum pendidikan agar siswa mengembangkan karakter yang kuat, menghargai warisan budaya sendiri, dan memiliki daya saing di era globalisasi. Langkah-langkah perbaikan meliputi: mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam kurikulum, melibatkan siswa dalam kegiatan budaya, mendorong guru menjadi teladan, serta menggunakan teknologi untuk menyebarkan dan melestarikan kearifan lokal. Konteks Penerapan Kurikulum yang Fleksibel:

Mengembangkan kurikulum yang berbasis keunggulan lokal yang disesuaikan dengan kondisi daerah. Pembelajaran Kontekstual: Memberikan pembelajaran yang bersifat praktik terpadu dan kontekstual untuk menangkap isu-isu kearifan lokal. Dukungan Kebijakan: Desentralisasi kebijakan agar daerah dapat mengembangkan potensinya sesuai situasi dan kondisi setempat, misalnya melalui pengembangan kurikulum berbasis kearifan lokal.

Memahami Nilai-Nilai Nggusuwaru

“NggusuWaru” berasal dari bahasa Bima yang berarti “segi delapan” atau “delapan syarat”, mengacu pada delapan karakteristik ideal yang harus dimiliki seorang pemimpin dan masyarakat. Konsep ini merupakan nilai kearifan lokal masyarakat Bima, yang menyatukan nilai agama, budaya, dan etika, serta menjadi pedoman hidup dan kontrol sosial dalam membangun masyarakat yang sejahtera.

NggusuWaru melambangkan delapan sifat atau watak yang harus dimiliki, termasuk dalam hal kepemimpinan dan karakter sosial masyarakat. Meskipun ada sedikit perbedaan penafsiran, beberapa sifat umum yang terkandung adalah: ketaqwaan dan religious, kebijaksanaan, kejujuran & kebenaran, keberanian, keturunan baik, keteguhan jiwa, satu kata dengan perbuatan, pengayom masyarakat. Fungsi dan Relevansi: Filosofi Kepemimpinan, Pendidikan Karakter, Kontrol Sosial, Identitas Budaya. NggusuWaru adalah bentuk kearifan lokal yang sangat kental dalam masyarakat Bima, dan tetap dipertahankan di tengah perkembangan zaman.

Nilai-Nilai Nggusuwaru Untuk Mencetak Generasi Unggul 

Mewujudkan generasi unggul berbasis local heritage (warisan lokal), mengintegrasikan nilai-nilai lokal ke dalam pendidikan, memanfaatkan teknologi untuk promosi budaya, melibatkan generasi muda dalam kegiatan budaya, menjadikan kearifan lokal sebagai identitas dan kebanggaan, serta menjalin kolaborasi antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah untuk konsisten melestarikan budaya. Hal tersebut bisa dilakukan melalui pendidikan karakter, promosi via teknologi ke audiens nasional dan internasional, pelibatan generasi muda, rasa memiliki dan bangga terhadap local wisdom/local heritage dan pelestariannya, dan kolaborasi melalui visi bersama dan inovasi.

Mengembangkan dan memberdayakan potensi serta keterampilan lokal sebagai bagian integral dari pendidikan dan pengembangan masyarakat. Dengan menerapkan langkah langkah tersebut, diharapkan dapat terbentuk generasi yang tidak hanya unggul secara akademis dan kompetitif di era modern, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, berakar pada budaya lokal, dan mampu melestarikan serta mengembangkan kekayaan warisan bangsa.

Langkah – Langkah Penerapan Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal.

Identifikasi potensi dan potensi daerah Integrasi dalam Kurikulum dan pembelajaran pelibatan masyarakat pemanfaatan teknologi kolaborasi antar Institusi dan inovasi kearifan lokal memperkuat kualitas pendidikan generasi unggul berkarakter dan berwawasan luas.

Tantangan dan Prospek  

Salah satu tugas besar bangsa Indonesia adalah bagaimana mendorong bangsa ini untuk membangun sistem yang transparan, akuntabel (bersih dan berwibawa), berkeadaban dan berkeadilan (di bidang sosial politik, ekonomi, hukum). Membangun sistem dan kelembagaan ini adalah masalah besar. Dalam konteks Indonesia, sistem saja tidak cukup. Tapi harus didukung peran pemimpin dengan kepemimpinannya. Ini penting agar kehidupan bernegara dan berbangsa lebih baik, tidak makin menjauh dari sistem dan nilai-nilai Pancasila. Tak terasa apa yang kita jalani sekarang ini makin mengarah ke praktik sistem politik dan ekonomi liberal.  Karena itu, kita harus membangun sinergi dengan elemen-elemen dan kampus yang ada untuk menggerakkan roda pembangunan daerah, pembangunan Indonesia berdasarkan nilai-nilai sendiri.

Moral Foundations 

Empati dan kepedulian terhadap kondisi Indonesia bukan sekadar panggilan negara, melainkan juga karena panggilan agama seperti yang dikatakan sebuah hadis Nabi, yakni “Khoirukum ánfaúhumlinnas (sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama).

Persoalan yang dihadapi Indonesia saat ini sangat kompleks, mulai dari ketimpangan ekonomi, ketimpangan pendidikan, hingga masalah ketidakharmonisan hubungan antar-elite, antar anak bangsa yang makin terasa belakangan ini. Untuk itu, bangsa Indonesia seyogyanya tidak lagi berpikir secara linear, tetapi secara lateral untuk bisa melakukan terobosan-terobosan inovasi yang mempercepat terwujudnya cita-cita bangsa, yaitu mewujudkan keadilan dan kemakmuran bersama.

Generasi Muda Sebagai Leader dan Agen Perubahan Millenial Leader responsif Partisipatif Karir Menjanjikan dan Komunikatif.

Generasi millenial berorientasi pada hasil yang instan, generasi millenial ingin sesuatu yang langsung memberikan hasil dalam waktu yang singkat tanpa menjalani proses. Padahal keberhasilan yang diperoleh seseorang itu tidak selalu mudah tercapai kadang memerlukan proses yang panjang dan risiko yang tinggi.

Mudah Kehilangan Jati Diri 

Generasi millenial sangat mudah beradaptasi dengan teknologi tetapi dengan mudah pula terabstraksi dengan pengaruh dunia maya sehingga kegagalan yang dihadapi bisa menjadikan mereka kehilangan jati diri.

Saran dan Perbaikan Bagi Generasi Muda 

Kegagalan bukan hal yang harus ditakuti karena kegagalan sesungguhnya adalah awal pelajaran untuk memperbaiki kesalahan dan awal dari kesuksesan. Kehadiran pemuda dalam dunia usaha penting karena saat ini jumlah pengusaha di Indonesia hanya 1,8% dari populasi penduduk. Sementara USA 11%, Cina 12%, Singapura 8,4% dari jumlah penduduk.

Pilihan menjadi entrepreneur, misalnya, adalah sebuah keberanian yang seharusnya dimiliki para pemuda. Sebab, entrepreneur menuntut sebuah keberanian, tekad, dan mental baja untuk hidup di atas kekuatan diri sendiri. Yang menggembirakan dewasa ini kecenderungan pemuda untuk menjadi entrepreneur semakin tinggi.

Hasil penelitian Sea Group kepada 14.000 orang muda Indonesia menyebutkan, sebanyak 24% responden menginginkan untuk memiliki bisnis sendiri, 17% bekerja di pemerintahan, 16,5% ingin melanjutkan usaha keluarga, dan 3,2% ingin bekerja di rintisan start up. Hasil survei: Indonesia berada di tingkat paling atas atau sebanyak 25,7% pemuda yang memiliki keinginan tersebut. Angka ini lebih tinggi dibandingkan Filipina, dan Vietnam.

Penutup

Sistem : Salah satu tugas besar bangsa Indonesia adalah bagaimana mendorong bangsa ini untuk membangun sistem dan praktik kehidupan berbangsa dan bernegara yang berkeadaban dan berkeadilan.

Peran Pemimpin : Ini masalah besar karena sulit dinafikan sistem dan praktik yang berlangsung di Indonesia semakin menjauh dari sistem dan praktik politik dan ekonomi Pancasila. Peran pemimpin dan kepemimpinan sangat krusial dalam mewujudkan Indonesia maju dan sejahtera.

Pemimpin Teladan : Indonesia membutuhkan pemimpin teladan, yang fathonah (cerdas), sidiq (jujur), amanah (terpercaya), dan tabligh (komunikatif/transparan), bukan transaksional. Keteladanan sangat diperlukan. Karena masyarakat Indonesia memerlukan pemimpin teladan yang bisa diteladani.

Peradaban Bangsa : Perlu kesamaan langkah, semangat, soliditas dan sinergi yang kuat antar umat, dan dengan komponen-komponen bangsa lainnya, apapun suku dan agamanya sebagai bagian dari ikhtiar mempersatukan dan menjadi perekatsoliditas dan sinergitas bangsa.

“Membangun generasi unggul berbasis kearifan lokal berarti juga membangun peradaban. Membangun peradaban adalah membangun kasih sayang. Membangun kasih sayang adalah membangun persaudaraan. Membangun persaudaraan adalah membangun kedamaian dan membangun kedamaian adalah membangun rahmatan lil’alamin.” (B/U)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *