Seminar Lingkungan Hidup, Mahasiswa KKN-MT STKIP Bima Angkatan XXXI, Posko Pena Na’e Gandeng BLH Kota Bima

Bima, Salam Pena News – Peduli lingkungan hidup, Mahasiswa KKN-MT STKIP Bima Angkatan XXXI Posko Pena Na’e mengadakan seminar penghijauan sabuk gunung. (03/02/2020)

Sebagai paru-paru dunia, keberadaan hutan sudah sangat kritis. Banyak sekali aktivitas pembabatan hutan sebagai pengalihan lahan tanam dan aktivitas menyimpang lainnya. Dan Bima juga tak lepas dari masalah tersebut.

Dalam pelaksanaan seminar lingkungan hidup pada tanggal 03 Februari 2020 yang diadakan oleh mahasiswa KKN Posko Pena na’e, pihak BLH Kota Bima menyinggung bahwa Bima sedang dalam keadaan kritis dan sedang dalam keadaan darurat. Katanya.

Hutan gundul, gunung hilang fungsi, banjir, mata air mengalami kekeringa dan potensi bencana bisa kapan saja timbul.

Bapak Hamdan H. Husen selaku sekertaris BLH Kota Bima menyampaikan “Di Bima gunung-gunung kehilangan fungsinya, mata air hilang karena ulah manusia yang rakus. pelaku-pelaku investor nakal yang menilai semua dengan rupiah sekalipun merenggut kekakayaan alam”. Katanya

” Hamdan Selaku Sekertaris LBH, Prihatin dengan keadaan ini, Ia menjelaskan Lingkungan itu adalah air dan pohon. Baik buruknya lingkungan tergantung bagaimana pohon memberikan kesejukan bagi manusia” jelasnya.

Sedangkan paparan dari Bapak Ir. Bambang Yusuf selaku Pemateri Seminar “dalam kasus ini pemerintahan terlalu nyaman tidur dalam empuknya bantal. Sehingga dalam masalah ini pemerintahan tidak hadir sebagai solusi”. Paparnya.

Sebagai aktivis lingkungan, Pak Bambang merasa kecewa dengan kondisi Bima sekarang ini karena pemerintahan bergerak sangat lamban dan acuh tak acuh. Lanjutnya

“Karena meskipun Bima dikenal sebagai wilayah yang memiliki kekayaan hutan, namun masyarakat masih miskin belum lagi dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang minim fungsi sungguh miris. Katanya

Mahasiswa KKN STKIP Bima di Kelurahan Pena Nae

Bayangkan saja dengan kekayaan hutan yang kita miliki, seharusnya Bima harus mampu memanfaatkan peluang yg sudah ada. Katakanlah seperti di donggo, wera, wawo dll.

“karenanya kita membutuhkan cara yang sangat efekti dalam menanggulangi masalah ini. Kita memiliki begitu banyak pohon, yaitu 250.000 pohon, namun penjaganya hanya 8 orang. Sehingga itu tidak efektif, dan pemantauan ilegal loging tak nampak”.

Dalam seminar tersebut, Bambang sebagai aktivis lingkungan, Ia menyarankan, “kita harus menggunakan cara yang mampu menimallisir bencana tersebut yaitu dengan pemakaian sabuk gunung. Dengan pembangunan sabuk gunung, maka lahan yang pada dasarnya digunakan untuk menanam jagung akan berfungsi sebagai penahanan banjir ataupun longsor”. Saranya

“Seharusnya penggunaan sabuk gunung dipandang perlu menjadi alternatif dalam penanggulangan bencana di Bima. Apalagi penggunaan sabuk gunung juga tak memerlukan pembiayayan yang sangat mahal dibandingkan terasering”. Katanya.

Adapun cara yang dilakukan yaitu fahami, sadari dan penyuluhan dengan :
1. Nasioal Koordinasi dengan mentri LKHK, Pertanian, dan BPN
2. Pengenalan Sabuk Gunung
3. Penghijauan sabuk gunung
4. Pengenalan dan penanaman kembali

Di akhir seminar Pak Hamdan mengatakan “Menjaga kelestarian hidup demi terjaminnya hidup yang enak dan damai bersama alam. Lestari lingkungan, manusia kenyang.” Ucapnya.

“Sungguh menjaga alam menjadi kewajiban kita bersama. Sebagaimana dalam Al-Qur’an dan Kitab Fiqh Lingkungan”. Ajaknya.(ArS)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *