Jakarta, Salam Pena News – Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) resmi diluncurkan pada Kamis (22/7/2021). UICI menganut sistem kuliah digital yang berbeda dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Melalui acara peluncuran yang disiarkan melalui channel YouTube, rektor UICI menjelaskan perbedaan keduanya. Sistem full digital yang diterapkan UICI adalah respon atas kemajuan teknologi.
“UICI itu full digital dengan menggunakan digital simulator teaching learning untuk proses pembelajaran. Itu beda dengan PJJ. Kita bukan PJJ,” kata rektor UICI Prof. Dr. Laode M. Kamaluddin, M Sc, M Eng.
Sistem pendidikan digital UICI merupakan jawaban dari era society 5.0, dengan masyarakat yang sudah terbiasa dengan komponen teknologi. Saat ini hanya empat universitas di dunia yang menerapkan sistem ini.
“Kita yang kelima. Pertama ada Massachusetts Institute of Technology (MIT) dengan virtual learning sistemnya. Hal itu juga dilakukan oleh Universitas Harvard, Tokyo University, dan Universitas Colorado,” kata Prof. Laode.
Sistem full digital memungkinkan proses pendidikan tidak lagi mengenal jarak dan waktu. Pendidikan semacam ini bisa dilakukan dengan anytime, anywhere, dan any device serta bisa diulang-ulang.
Kuliah di UICI hanya berlangsung 9-10 menit, beda dengan sistem di perkuliahan lain yang biasa biasanya berdurasi 50 menit saat PJJ atau offline. Mahasiswa bisa mempelajari materi sisanya dengan simulator.
“Teknologi simulator ini belum pernah ada di Indonesia. Ini adalah hal baru. Karena itu mengembangkan kultur digitalnya bukan hanya teknologi saja. Kultur digital di UICI harus menjadi bagian dari mahasiswa,” ujar Prof. Laode.
Sistem pembelajaran UICI juga tidak menggunakan internet atau paling lama hanya 6 menit. Internet digunakan hanya untuk tapping pembelajaran. Kemudian selanjutnya mahasiswa bisa belajar sendiri dengan sistem monitoring yang dikembangkan universitas.
“Sistem yang dikembangkan adalah monitoring di mana mahasiswa itu kuliah, apa yang dipelajari. Di dalam digital simulator itu kontennya adalah teknologi informasi komunikasi, konten digital, dan virtual simulator sehingga mahasiswa timbul kreativitas dan inovasi,” kata Prof Laode yang pernah menjadi anggota MPR ini.
Rektor menjelaskan dengan sistem simulator, pembelajaran yang dirasakan mahasiswa seperti sedang bermain game. Prof Laode berharap kehadiran UICI semoga bisa memperkuat Indonesia di bidang pendidikan berbasis digital.
Fahri Zulfikar – detikEdu