Bima, Salam Pena News – Diantara deru hempasan semilir angin, dari balik rumah sederhana terdengar lirih lantunan anak-anak membaca ayat suci Alquran. Rosanti, si guru ngaji yang menantang gaya hidup demi mencerdaskan anak-anak di kampungnya. Selasa, (04/02/2020)
Saya berkesempatan berkunjung ke Desa Tonggo Risa, Kecamatan Belo Kabupaten Bima. Jika kita menyapa, penduduk dengan lebih riang balas menyapa. Senyum mereka ramah dan tulus. Di sini interaksi sosial masih sangat tinggi.
Di salah satu sudut Desa, terlihat sebuah rumah panggung. Dindingnya sebagian kayu sebagian bambu. Atapnya daun. Lantainya sebagian papan sebagian irisan bambu kecil, sebagai tempat anak-anak membaca Al-qur’an. Dari rumah peninggalan neneknya Rosanti menagajarkan setiap malam anak-anak duduk melantunkan ayat Al-Qur’an.
Rosanti perempuan cantik, yang bersahaja, salah satu Guru sukarela di
Madrasah Ibtidaiyah (MIS) Tonggo Risa,
almuni Perguruan Tinggi (STKIP Bima) ini, selain mengajar, Rosanti juga tergabung dalam Sahabat Guru Indonesia (SGI) dan aktif di kegiatan pramuka.
Mengajari anak-anak untuk mempunyai hati dermawan dan rasa peduli dan mengasihani terhadap sesama muslim, tampa meminta bantuan siapapun.
Jika bagi anak muda se usianya, gaya hidup itu lebih penting dari segalanya, beda dengan cara Rosanti mengisi waktunya, ia lebih memilih bermain dengan anak-anak dan membangun Rumah Baca Al-Qura’an, sebagai ruang mengekspresikan diri.
Abubakar tetangga Rosanti kepada saya menceritakan, murid ngajinya terbilang banyak. Karena Rosanti tidak minta bayaran. “Banyak sudah muridnya yang tamat mengaji. Banyak memang soalnya dia tidak minta bayar,” kata Abubakar.
Hal senada juga dikatakan tetangga lainnya. Nurbaya “mengatakan Rosanti adalah guru mengaji yang sangat sederhana. “Sabar sekali orangnya.
Mengajar mengaji katanya hanya amalan saja. Dia percaya mengajari anak membaca ayat suci bisa mendatangkan kebaikan. “Tidak ada bayaran. Amalan saja ini,” akuinya.
Rosanti, “mengaku bahagia bisa mengajari anak-anak. Perasaan lelahnya bekerja menjadi guru dan setelah membantu orang tua di sawah terbayar manakala anak didiknya fasih atau tamat Quran 30 Juz.
Rosanti, yang awalnya bingung untuk menghabiskan waktunya, dan hanya bermodalkan semangat, serata bermodal restu dari orang tua, meski banyak kalangan dan orang-orang yang remehkannya, akhirnya.
Terbukti tampa dukungan yang lain saya bisa mengajari adik-adik dengan kasih sayang, semoga apa yang saya lakukan berguna dan bermanfaat bagi agama bangsa dan negara. Katanya.
Semoga di pojok-pojok kampung ada perempuan-perempuan tangguh lainya, yang mulai meluangkan waktu untuk kebaikan dan mereka yang berbuat produktif, berguna dan bermanfaat bagi sesama, dari pada yang menonjolkan gaya hidup yang berlebihan”. (Pua)